Penggunaan jaringan pipa dalam
industry minyak dan gas saat ini sudah sangat meluas. Ratusan ribu kilometer
pipa telah digelar di dunia, baik di darat, maupun di laut. Pipa menjadi asset
yang sangat berharga bagi para owner atau operator pipa. Sedikit kerusakan
dapat memicu kejadian yang lebih besar, yang tentu akan mengancam keberadaan
dan operasional pipa, serta keselamatan masyarakat di sekitarnya. Oleh karena
itu, perlu dibentuk suatu sistem perawatan yang memonitor keberlangsungan
operasional pipa agar dapat bekerja dengan seharusnya dan tidak
membahayakan lingkungan sekitar.
Pipeline Integrity Management
(PIM) merupakan cara yang dilakukan oleh
para operator dalam menjamin kualitas pipa yang mereka miliki. PIM dapat
diartikan sebagai “sebuah sistem untuk menjamin sebuah jaringan pipa dapat
beroperasi dengan aman (safe), dapat
diandalkan (reliable), dan berkelanjutan (sustainable).”
Berbagai permasalahan dapat timbul
pada pipa, misalnya retak, buckle, dan korosi.
Hal-hal tersebut sangat membahayakan pipa karena dapat memicu bengkok pada
pipa, timbul lubang, kebocoran, hingga ledakan. Pelaksanaan inspeksi secara
rutin dapat menghindari kejadian yang lebih buruk melalui pencegahan sejak
dini. PIM akan memastikan pipa masih terintegrasi secara utuh sesuai dengan
fungsinya.
Bureau Veritas, sebuah organisasi yang sering di-hire oleh para
operator pipa untuk melakukan testing, inspeksi, dan sertfikasi pipa,
menyebutkan beberapa langkah awal dalam melaksanakan PIM, diantaranya:
- Policy and strategy. Posisi perusahaan saat ini, selanjutnya akan
diarahkan kemana, dan apa yang dilakukan untuk mencapai target berikutnya.
- Methdology. Metode PIM yang digunakan; apakah menginginkan atau
membutuhkan metode risk-based, threat-based, consequence-based, atau yang
lainnya.
- Mulai merencanakan pengumpulan
data dan pemodelan jika dan hanya jika 2 tahap sebelumnya telah
diidentifikasi/ditetapkan.
- System and tools. Ketika 3 tahap sebelumnya telah dilakukan, pilih alat
(software) yang paling cocok digunakan.
- Study and analysis. Perencanaan inspeksi berdasarkan tools yang telah ditentukan.
- Inspection and expertise. Hasil inspeksi yang telah diperoleh kemudian
dianalisis oleh para ahli di bidangnya. Informasi yang diperoleh akan
digunakan pada review PIM rutin.
Pendekatan yang terbaik adalah
melalui regulasi inspeksi dan mitigasi yang berlaku, bersamaan dengan
identifikasi mengenai praktik internasional yang umum dilakukan, prosedur yang
ada saat ini, usia asset yang dimiliki, dan kemampuan ahli yang dimiliki. Dapat
dipilih antara kualitatif dengan kuantitatif, threat-based dengan damage-based, dan probabilistic dengan deterministic.
Pendekatan dan metodologi yang cocok untuk satu operator belum tentu cocok
dengan operator lainnya.
Managemen data sangat krusial dalam
PIM. Data yang dimiliki harus akurat, lengkap, dan sesuai tujuan/kebutuhan. Ini
memerlukan langkah step-by-step yang teliti.
Dengan melakukan perencanaan PIM, kebutuhan data dapat dengan segera
didefinisikan terkait format data, akurasi, dan frekuensi pengambilan data.
Begitu pula dengan pemilihan tools.
Ketika timbul keinginan untuk menggunakan high-tech tools,
yang terpenting adalah alat yang paling mudah digunakan untuk memonitor
‘kesehatan’ jaringan pipa dan dapat menunjukkan segmen pipa yang membutuhkan
inspeksi atau mitigasi dengan segera berdasarkan tingkat resiko yang dimiliki.
Kemudian, dengan tools yang sudah
dipilih, metodologi yang sudah ditetapkan dapat segera dilaksanakan untuk
memeroleh data kondisi pipa eksisting. Tools dapat melakukan assessment pertama secepatnya. Mengapa ‘pertama’?
Karena PIM merupakan pekerjaan yang berkelanjutan, dimana hasil pada assessment
sebelumnya digunakan untuk meningkatkan assessment berikutnya.
Sejak tahap ini, kondisi pipa dapat
diketahui, untuk kemudian ditentukan langkah inspeksi atau mitigasi yang harus
dilakukan. Berbagai pertanyaan akan timbul. “Apa yang harus dilakukan untuk
mengurangi ancaman dan resiko pada pipa?’, “Apakah frekuensi inspeksi perlu
ditingkatkan, atau sebuah langkah mitigasi perlu diambil, atau keduanya?.”
Jawabannya harus berdasarkan kebijakan inspeksi dan mitigasi yang telah
didefinisikan pada tahap pertama dari proses PIM.
Berbagai teknik inspeksi pipa telah
tersedia saat ini, namun yang paling umum digunakan adalah magnetic flux leakage (MFL) dan ultrasonic testing (UT). Kedua metode tersebut
termasuk dalam In-line Inspection (ILI), yaitu
inspeksi bagian dalam pipa dengan cara memasukkan alat inspeksi (biasanya
sebuah pig) langsung ke dalam jalur pipa. Provider ILI harus dipilih secara
hati-hati dengan cara mengevaluasi kualifikasi yang mereka peroleh dan
dikaitkan dengan kebutuhan proyek yang akan dilakukan.
Akhir kata, tahap paling krusial
dalam proses PIM adalah analisis dari hasil-hasil yang telah diperoleh dan
keahlian yang dibutuhkan dalam memeroleh informasi penting mengenai kondisi
pipa saat ini. Karena PIM merupakan sebuah sistem yang berkelanjutan, maka PIM
harus dibentuk sebagai suatu sistem managemen berkualitas tinggi.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar