Kamis, 18 Februari 2016

PIM : Pipeline Integrity Management

Penggunaan jaringan pipa dalam industry minyak dan gas saat ini sudah sangat meluas. Ratusan ribu kilometer pipa telah digelar di dunia, baik di darat, maupun di laut. Pipa menjadi asset yang sangat berharga bagi para owner atau operator pipa. Sedikit kerusakan dapat memicu kejadian yang lebih besar, yang tentu akan mengancam keberadaan dan operasional pipa, serta keselamatan masyarakat di sekitarnya. Oleh karena itu, perlu dibentuk suatu  sistem perawatan yang memonitor keberlangsungan operasional pipa agar dapat bekerja dengan seharusnya dan  tidak membahayakan lingkungan sekitar.
Pipeline Integrity Management (PIM) merupakan cara yang dilakukan oleh para operator dalam menjamin kualitas pipa yang mereka miliki. PIM dapat diartikan sebagai “sebuah sistem untuk menjamin sebuah jaringan pipa dapat beroperasi dengan aman (safe), dapat diandalkan (reliable), dan berkelanjutan (sustainable).”
Berbagai permasalahan dapat timbul pada pipa, misalnya retak, buckle, dan korosi. Hal-hal tersebut sangat membahayakan pipa karena dapat memicu bengkok pada pipa, timbul lubang, kebocoran, hingga ledakan. Pelaksanaan inspeksi secara rutin dapat menghindari kejadian yang lebih buruk melalui pencegahan sejak dini. PIM akan memastikan pipa masih terintegrasi secara utuh sesuai dengan fungsinya.
Bureau Veritas, sebuah organisasi yang sering di-hire oleh para operator pipa untuk melakukan testing, inspeksi, dan sertfikasi pipa, menyebutkan beberapa langkah awal dalam melaksanakan PIM, diantaranya:
  1. Policy and strategy. Posisi perusahaan saat ini, selanjutnya akan diarahkan kemana, dan apa yang dilakukan untuk mencapai target berikutnya.
  2. Methdology. Metode PIM yang digunakan; apakah menginginkan atau membutuhkan metode risk-basedthreat-based, consequence-based, atau yang lainnya.
  3. Mulai merencanakan pengumpulan data dan pemodelan jika dan hanya jika 2 tahap sebelumnya telah diidentifikasi/ditetapkan.
  4. System and tools. Ketika 3 tahap sebelumnya telah dilakukan, pilih alat (software) yang paling cocok digunakan.
  5. Study and analysis. Perencanaan inspeksi berdasarkan tools yang telah ditentukan.
  6. Inspection and expertise. Hasil inspeksi yang telah diperoleh kemudian dianalisis oleh para ahli di bidangnya. Informasi yang diperoleh akan digunakan pada review PIM rutin.
Pendekatan yang terbaik adalah melalui regulasi inspeksi dan mitigasi yang berlaku, bersamaan dengan identifikasi mengenai praktik internasional yang umum dilakukan, prosedur yang ada saat ini, usia asset yang dimiliki, dan kemampuan ahli yang dimiliki. Dapat dipilih antara kualitatif dengan kuantitatif, threat-based dengan damage-based, dan probabilistic dengan deterministic. Pendekatan dan metodologi yang cocok untuk satu operator belum tentu cocok dengan operator lainnya.
Managemen data sangat krusial dalam PIM. Data yang dimiliki harus akurat, lengkap, dan sesuai tujuan/kebutuhan. Ini memerlukan langkah ­step-by-step yang teliti. Dengan melakukan perencanaan PIM, kebutuhan data dapat dengan segera didefinisikan terkait format data, akurasi, dan frekuensi pengambilan data.
Begitu pula dengan pemilihan tools. Ketika timbul keinginan untuk menggunakan high-tech tools, yang terpenting adalah alat yang paling mudah digunakan untuk memonitor ‘kesehatan’ jaringan pipa dan dapat menunjukkan segmen pipa yang membutuhkan inspeksi atau mitigasi dengan segera berdasarkan tingkat resiko yang dimiliki.
Kemudian, dengan tools yang sudah dipilih, metodologi yang sudah ditetapkan dapat segera dilaksanakan untuk memeroleh data kondisi pipa eksisting. Tools dapat melakukan assessment pertama secepatnya. Mengapa ‘pertama’? Karena PIM merupakan pekerjaan yang berkelanjutan, dimana hasil pada assessment sebelumnya digunakan untuk meningkatkan assessment berikutnya.
Sejak tahap ini, kondisi pipa dapat diketahui, untuk kemudian ditentukan langkah inspeksi atau mitigasi yang harus dilakukan. Berbagai pertanyaan akan timbul. “Apa yang harus dilakukan untuk mengurangi ancaman dan resiko pada pipa?’, “Apakah frekuensi inspeksi perlu ditingkatkan, atau sebuah langkah mitigasi perlu diambil, atau keduanya?.” Jawabannya harus berdasarkan kebijakan inspeksi dan mitigasi yang telah didefinisikan pada tahap pertama dari proses PIM.
Berbagai teknik inspeksi pipa telah tersedia saat ini, namun yang paling umum digunakan adalah magnetic flux leakage (MFL) dan ultrasonic testing (UT). Kedua metode tersebut termasuk dalam In-line Inspection (ILI), yaitu inspeksi bagian dalam pipa dengan cara memasukkan alat inspeksi (biasanya sebuah pig) langsung ke dalam jalur pipa. Provider ILI harus dipilih secara hati-hati dengan cara mengevaluasi kualifikasi yang mereka peroleh dan dikaitkan dengan kebutuhan proyek yang akan dilakukan.
Akhir kata, tahap paling krusial dalam proses PIM adalah analisis dari hasil-hasil yang telah diperoleh dan keahlian yang dibutuhkan dalam memeroleh informasi penting mengenai kondisi pipa saat ini. Karena PIM merupakan sebuah sistem yang berkelanjutan, maka PIM harus dibentuk sebagai suatu sistem managemen berkualitas tinggi.
Sumber:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar