Vortex Induced Vibration (VIV) merupakan fenomena getaran yang terjadi bila suatu benda
berbentuk silinder dimasukkan ke dalam air, kemudian diberi arus terhadap benda
tersebut. Akibat air yang menghantam benda tersebut timbullah vortex, yaitu semacam getaran-getaran acak di balik
benda. Bila frekuensi vortex menyamai frekuensi alami benda, maka akan terjadi
resonansi. Resonansi inilah yang menyebabkan benda tersebut bergetar.

Pada fenomena VIV, bukan gaya air
yang menumbuk pipa yang menjadi permasalahan, melainkan getaran pada benda
akibat resonansi. Mengapa demikian? Meskipun getaran tidak terlalu hebat, namun
bila berlangsung terus-menerus dalam durasi waktu yang cukup lama, maka benda
akan mengalami kelelahan, atau biasa disebutfatigue. Benda yang
dibiarkan mengalami fatigue terlalu lama akan mengakibatkan kegagalan/failure pada benda tersebut.
Pada industry lepas pantai, benda
yang rawan mengalami VIV adalah pipa bawah laut yang tidak tertopang (free span) dan riser pada
platform.
Frekuensi vortex dapat dihitung
menggunakan:

dengan: fv =
frekuensi vortex
S = bilangan Strouhal
U = kecepatan arus air
D = diameter pipa terluar
Sedangkan frekuensi alami benda,
dalam hal ini adalah pipa, dapat dihitung menggunakan:

dengan:
fn =
frekuensi natural (alami) pipa
C = konstanta tumpuan
= 9.87 untuk tumpuan pin-pin
= 15.5 untuk tumpuan pin-jepit
= 22.3 untuk tumpuan
jepit-jepit
E = modulus
etlastisitas pipa
I = momen
inersia pipa
Me = massa efektif pipa
= Mp + Mc + Ma
Mp = massa pipa, termasuk
selimut per satuan panjang
Mc = massa isi/konten pipa per
satuan panjang
Ma = massa tambahan per satuan
panjang
= 

Terdapat beberapa hal penting
mengenai VIV yang perlu diketahui pula:
- Reduced Velocity (Ur)
Kecepatan arus akan berkurang pada
lokasi terjadinya VIV.

- Stability Parameter (Ks)
Parameter yang mengendalikan
respon/gerakan pada pipa akibat vortex dapat didefinisikan menggunakan suatu
konstanta (Ks).

dengan:
δ = logarithmic decreament of structural damping
= 0.125
Berdasarkan arah getarannya,
terdapat 2 jenis arah getar pada benda silinder, yaitu:
- In-line Oscillation
Arah getaran ini sejajar/segaris
dengan arah datangnya gaya. Besar ampitudo getaranin-line tidak
sampai 10% dari amplitude getaran cross-flow (akan
dibahas berikutnya). Berdasarkan DNV RP-F105, jenis osilasi ini umumnya
memiliki amplitude mendekati 0.2 D.

Ilustrasi in-line oscillation.
Sumber: : Introduction to Offshore Pipeline and
Risers (Jaeyoung Lee, 2007)

Hubungan antara amplitudo dengan Ur pada in-line
oscillation.
Sumber: : Introduction to Offshore Pipeline and
Risers (Jaeyoung Lee, 2007)
- Cross-flow Oscillation
Arah getaran ini tegak lurus dengan
arah datangnya gaya. Getaran ini lebih berbahaya dibanding getaran in-line karena memiliki amplitude yang jauh lebih
besar, yaitu mendekati 1.4 D, berdasarkan DNV RP-F105.

Ilustrasi cross-flow oscillation.
Sumber: DNV RP-F105

Hubungan antara amplitude dengan Ur pada cross-flow
oscillation
Sumber: DNV RP-F105
Sumber:
Introduction
to Offshore Pipeline and Risers (Jaeyoung Lee, 2007)
Offshore
Pipelines (Boyun Guo, 2005)
DnV
RP-F105
Tidak ada komentar:
Posting Komentar